Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia, dikenal karena kejayaannya yang mencakup hampir seluruh Nusantara. Didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai mahapatihnya. Namun, seperti halnya kerajaan-kerajaan besar lainnya, Majapahit juga mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
Sebagai perbandingan, Kerajaan Mesir kuno juga dikenal karena kejayaannya yang bertahan selama ribuan tahun sebelum akhirnya runtuh. Sementara itu, Kerajaan Kutai di Kalimantan merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, menunjukkan betapa beragamnya sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di Sumatera, adalah kerajaan maritim yang menguasai perdagangan di Selat Malaka sebelum akhirnya digantikan oleh Majapahit. Kerajaan ini, bersama dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa, menunjukkan kompleksitas dan dinamika kekuasaan di Nusantara pada masa lalu.
Keruntuhan Majapahit pada abad ke-16 menandai akhir dari era kerajaan Hindu-Buddha di Jawa dan awal dari penyebaran Islam yang dipelopori oleh Kerajaan Demak. Proses ini mirip dengan bagaimana Kerajaan Singasari sebelumnya telah mempersiapkan jalan bagi berdirinya Majapahit.
Dalam analisis ini, kita juga tidak boleh melupakan peran kerajaan-kerajaan kecil seperti Kerajaan Kandis dan Kerajaan Perlak, yang meskipun tidak sebesar Majapahit atau Sriwijaya, tetap memberikan kontribusi penting dalam mozaik sejarah Nusantara. Demikian pula, Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan sejarah Indonesia.
Dengan mempelajari kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Majapahit serta kerajaan-kerajaan lainnya, kita dapat memahami lebih dalam tentang dinamika kekuasaan, ekonomi, dan budaya yang membentuk Nusantara pada masa lalu. Ini tidak hanya penting untuk menghargai sejarah kita, tetapi juga untuk mengambil pelajaran yang berharga bagi masa depan.